sumber : Gogle |
Entah
bagaimana ceritanya, saya menonton film ini kemarin. Saya bukan orang yang
sering masuk bioskop dan menonton film. Tapi entah kali ini, saya sangat ingin
menontonnya. Mungkin karena hasutan tidak langsung beberapa teman yang sudah
nonton. Padahal saya belum baca
novelnya. Tentu saja, ahsannya membaca dulu baru menonton filmnya. Tapi, karena
bukunya belum saya dapat, jadi baru nonton saja dulu. Semalam sebelumnya saya sempat membaca rating
teman teman yang koment di Goodreads tentang buku tulisan Hanum Rais dan Suaminya
ini. Sebagian memuji dan ada juga yang mengkritiknya. Hanum Rais sendiri ternyata adalah anak dari Amin Rais, yang menemani
suaminya menyelesaikan kuliah S3 nya di Wina, Austria. Sebelumnya, Hanum adalah
jebolan FKG UGM. Dan penah bekerja di pertelevisian. Dan pernah menulis buku tentang
biografi ayahnya.
Awal
awal Hanum merasa bosan karena tidak
punya kegiatan dan juga karena ditinggal sang suami yang pergi kuliah. Dia merasa
bosan di flatnya. Dia akhirnnya memutuskan jalan jalan hingga kemudian menemukan
iklan kursus bahasa Jerman. Nah di kelas bahasa Jerman inilah dia bertemu dengan
Fatma Pasha. Wanita keturunan Turki yang sebelumnnya pernah dilihatnya sepintas
di sebuah toko yang menolak lamaran pekerjaannya dengan alasan Bahasa Jerman
Fatma belum lancar.
Mereka
kemudian berkenalan. Dan dari perbincangan itu, Fatma mengaku dia sangat
kesulitan mencari pekerjaan, salah satu alasannya menurutnya, mungkin karena jilbab
yang di pakainya. Menurutnya dia dan Ayse, anaknya, hidup bergantung pada
penghasilan suaminya –yang entah apa pekerjaannya-.
Setiap
harinnya, selesai kursus bahasa Jerman, Fatma Pasha bersedia menemani Hanum
menjelajahi Wina, dan menelsuri jejak jejak Islam di sana. Bermula dari bukit-
saya kurang tau namannya dan aduuh saya pun lupa apa sejarah Islam di sini.
Sepertinya kisah penaklukan oleh Turki begitu. Inilah susahnya kalau tidak baca
novelnya baru langsung nonton. Hehhe. Tidak bisa tau detailnya. Karena film memang
kurang detail. Tapi dia di dukung dengan visual yang hebat. Ini alasan saya
ingin sekali nonton filmnya, mau memanjakan mata dengan view Eropa, tentu saja ingin
tau jejak jejak Islam di Eropa,yang ternyata sangat sedikit saya dapat, karena belum
baca novelnya. Tapi tak papalah, I’m going to read it!
Setelah
bukit itu, mereka mengunjungi musem. Di museum inilah, mereka melihat lukisan
lukisan penaklukan Austria oleh Turki (kalau tidak salah). Dan Hanum mendapati
Fatma dan Ayse menagis di depan sebuah lukisan, yang ternyata adalah lukisan
Kara Mustafa Pasha. Fatma mengaku bahwa dia masih keturunan Kara Mustafa,dilihat
dari namanya. Dan di sekolah Ayse sering di ejek karena jlbabnya dan juga kadang
diejek sebagai keturunan Kara Mustafa. Saya kurang mengerti dengan sejarah Kara
Mustafa.
Seterusnya
ada adegan ketika mereka makan di sebuah restoran atau mungkin semacam kafe.
Fatma
menceritakan asal mula cappucino Itali yang sedang diminum Hanum. Itu adalah
bermula dari biji kopi yang berserakan bawaan tentara Muslim. Yang kemudian
dikumpulkan oleh orang Eropa dan diolah, maka jadilah Italian Cappuciono yang terkenal
itu.
Ketika
Fatma ke toilet bersama anaknya, Hanum mendengar dua orang laki laki yang duduk
di dekat mereka yang sedang berbincang bincang. Kedegarannya seperti sedang
menghina. Hanum memperhatikan keduannya. Seorang mengatakan bahwa dia sangat
suka makan roti, karena roti itu mirip dengan bendera Turki. Jadi ketika dia memakannya
dia seperti sedang memakan “orang orang Turki mungkin”. Pokoknya ada rasa kemenangan
jika dia memasukkan roti itu ke mulut dan mengunyahnya.
Sekembalinya
dari toilet, Fatma menyuruh anaknya melanjutkan makan rotinya yang masih
tersisa, tapi Hanum mencegahnya dan menceritakan obrolan kedua pria itu. Hanum
geram dan ingin melabrak keduanya. Fatma mencegahnnya. Dia kemudian melakukan sesuatu.
Dia menulis sebuah note di secarik kertas “ Hi, I’m Fatma, I’m Muslim. Anda bisa
menghubungi saya di email ini. Selamat menikmati makanan Anda.”
Dia
menyerahkan note itu pada pelayan dan juga membayar tagihan kedua pria tersebut.
Tentu
saja Hanum terperangah dengan kelakukan Fatma, menurutnya Fatma telah membiarkan
orang lain semena mena dan malah berbuat baik padahal jelas mereka menghina negara
dan agamannya. Tapi Fatma menjelaskan kadang mengalah adalah cara untuk menang.
Kedua
pria tersebut seperti menyesali obrolan keduanya ketika membaca note itu. Dan
beberapa pecan kemudian mereka mengirimi Fatma email.
Adegan
lucu adalah ketika, Hanum memasak dan menggoreng ikan kering sambil menyalakan
televise cukup keras. Taulah bau ikan kering bagaimana. Hahaha. Dia digedor keras
oleh tetangganya. Gedoran pertama, tetantaga itu tidak suka bau ikan kering
yang tentu saja menyengat ketika di goreng. Gedoran kedua, karena suara tv nya.
Gedoran ketiga, Hanum sudah jengkel, tapi ternyata yang datang adalah suaminnya.
Suaminya kaget karena disambut dengan marah marah. Hahaha.
Kemudian
ada adegan di mana suaminya harus ujian pada hari Jumat. Dan karena dilema
yang sangat kuat, suaminya tidak ikut sholat Jumat.
Menurut
professornya Tuhan orang Islam itu penyayang, jadi Dia pasti maklum bahwa hamba
Nya sedang ujian.
Cita
cita Hanum dan Fatma adalah menyusuri Eropa dan melihat jejak jejak Islam di
sana. Satu kalimat Fatma yang selau di ingat oleh Hanum adalah, “jadilah agen
muslim yang baik. Dari situ akhirnya Hanum punya ide membuatkan mie dan ikan
goreng untuk makan siang tetangganya yang pernah sewot karena aroma ikan kering
itu.Dan ternyata memang dia suka. Hanum kemudian berpikir, bahwa Islam itu bukan
hanya sebatas iman, tapi juga amalan. Ayse
sempat bertanya kenapa Tante Hanum tidak memakai Hijab. Fatma berkelit dan menjawab
bahwa Hanum sedang sakit kepala.
Pekan
berikutnya Suami Hanum harus membawakan presentasi di Paris atas rekomendasi
Professornya. Dan Hanum dibolehkan ikut. Fatma memberinya kartu nama temannya
di Paris yang akan mengajaknya berkeliling dari pada sendiri karena suaminya sedang
prensentasi. Temannya itu adalah seseorang yang masuk Islam dengan perantara
Fatma.
Dan
di Paris, Hanum melakukan perjalannnya dengan Marion. Pertama di sebuah museum
–nda tau namanya- di sini ada yang menarik di antara semua lukisan. Yaitu lukisan
bunda Maria dan bayi Yesus. Yang membuat menarik adalah tulisan Laa Ilaaha
IllahLLah”di pinggir jilbab Bunda Maria. Kemudian tentang jalan jalan di Paris
yang lurus. dan sebuah patung yang menghadap
ke timur / tenggara. Dan ternyata kalau di tarik garis lurus akan sampai ke
Ka’bah. Patung yang didirikan oleh Napoleon Bonaparte itu persis menghadap ke
Ka’bah. Tentu bukan suatu kebetulan. Jadi bisa saja memang Napoleon Bonaparte
dulu masuk Islam. Lalu di jelaskan bahwa Islam memang sudah ada di Eropa sejak zaman
dahulu. Ini dibuktikan ada banyak semacam artefak, atau apalah namamnya yang benda
benda yang ada tulisan Arabnnya. Ini membuktikan Eropa memang pernah dikuasai
oleh orang orang Islam.
Lalu
kemudian Hanum dan Suaminya naik ke Manara Eiffell dan ada adegan suami Hanum
mengumandangkan azan di Eifell.
Sebelum
kembali ke Wina,Marion menitikan sesuatu untuk Fatma. Yang kemudian,belum
sempat di berikan kepada Fatma, karena Fatma sudah meninggalkan rumahnya. Setelah
memeriksa isi kirimannya, Hanum akhirnya tahu, bahwa Ayse sedang mengidap kanker.
Kiriman itu berupa obat kanker untuk ayse dan surat untuk Fatma, yang
menyatakan kerinduan Marion kepada keduanya dan juga mengabarkan bahwa dia akan
pindah ke Mesir.
Ini
saja. Bagian keduanya akan bercerita tentang Cordoba. Dan saya sangat curious.
Film ini, simply good! Yaa salah satunya karena ke Eifell bareng suami. Saya pun
bermimpi, suatu saat ke Eropa. Tapi siapakah yang sedang menyelesaikan S3 nya dan
akan saya temani. Atau mungkin dengan cerita lain yang lebih indah.:) dan juga
di film ini saya suka cara Fatma berjilbab. It’s a must watch!
Ini
review dimana saya hanya menonton filmnya dan belum membaca bukunya, jadi saya
belum tau seberapa ‘perbedaan’ film dengan bukunya!
Makassar,12
Desember 2013.
Rahma
Afnan.
3 komentar:
Waww :D
topp dehh ^^
Amazing :D
Posting Komentar
tinggalkan jejak ya... :)