Hari ini tanggal 22 Desember 2013.
Mereka sering merayakannya sebagai hari ibu. Sosial media penuh
dengan kata kata ibu dan turunannya, bunda, mother, mami, indo’ dll. Facebook
berlimpah status staus ucapan hari ibu, twitter banjir twit tentang ‘love you
mom’ dan instagram di penuhi foto foto kue ucapan selamat hari ibu dan peek
mereka bareng ibunya.
Bagi saya sendiri, saya tidak
terlalu ‘ngeh’ dengan perayaan
seperti ini., kalau memang pantas di sebut perayaan. Saya tiap hari bisa merayakan
dan melakukannya. Tapi bukan berarti saya menyalahkan mereka yang ‘merayakan
hari Ibu lho.’
Beberapa hari yang lalu , saya
menonton sebuah film India. Awalnya saya sangat bosan. Pemainnya
sudah sering saya lihat. Amitta Bachan. Tapi teman saya bilang, bahwa film ini
menguras air mata. Akhirnya saya pun menontonnya.
Di kalimat awal, ada kutipan.”
Saya adalah perawat kebun. Saya menyirami dan merawat pohon pohon di dalamnya.
Kelak suatu hari saya sudah tua dan rapuh, saya sangat ingin bersandar di bawah
pohon itu.” Awalnya saya tidak mengeti apa maksudnya. Lalu kemudian, saya paham
ketika melanjutkan menonton dan seorang kawan saya menjelaskannnya.
Film yang diangkat dari sebuah
buku ini menceritakan konflik antara anak anak dan orang tua. “Terputusnya
hubungan antara 2 generasi,” kata pemeran utamannya. Di usia senjanya, sang Ayah
yang sangat perhatian dengan ke empat anaknya, harus pensiun dari pekerjaannya.
Karena sebeleumnya seluruh tabungannya dia gunakan untuk membiayai anaknya –entah
untuk apa-., dia sudah kehabisan uang untuk membayar kontrakan rumahnya. Akhirnya dia mengundang semua anaknnya untuk
pulang, karena mereka tinggal di kota lain. Lalu dia menceritakan bahwa dia
sudah pensiun. dan sudah tidak punya uang untk melanjutkan kontrakakkan
rumahnya. Dia bermusyawarah dengan anaknnya. Ke empat anaknya akhirnya sepakat
bahwa ayah dan ibu mereka akan tinggal secara bergiliran di rumah mereka. Tapi
sendiri sendiri. Tidak berdua secara bersamaan. Sang suami yang sangat
mencintai istrinya merasa tidak bisa. Dia sangat mencintai istrinya.
Tapi sang istri bisa memberinya
pemahaman. Sebelum sebelumnya memang, istrinya adalah seorang istri yang sangat
baik. Mereka hidup rukun dan saling mncintai hingga usia senja.
Tapi setelah berpisah, mereka
merasa begitu berat. Perlakukan anak dan menantunya kurang berkenan. Mereka kasar
hingga membuat keduanya tidak tahan dan meneteskan air mata. Keduannya sering
menangis di telpon. Mereka lalu memutuskan untuk kembali.
Nah di saat kembali inilah,
mereka bertemu dengan Alook (Salman Khan), yang dulu merupakan anak yatim piatu
yang di temukannya di sebuah panti asuhan dan di angkatnya menjadi anaknya.
Alook kemudian kuliah di luar negeri. Dan pulang membawa calon istrinnya. Alook
lah kemudian yang merawat keduannya. Dia sudah sukses besar. Dia memperkenalkan
calon istrinya pada orangtuanya (dia sudah menganggap keduanya sebagai orang
tuannya), membawa mereka ke rumahnya dan menghadiahi keduannya mobil mewah.
Ternyata semua perjalan itu di
tulis oleh sang Ayah dalam catatan yang selalu di bawannya. Dan suatu hari catatan
ini tertinggal secara tidak sengaja di tempat kawannya. Dan entah bagaimana
prosesnya, akhirnya catatan ini diterbitkan menjadi sebuah buku, yang kemudian
laku keras di pasaran. Dia mendadak kaya dan terkenal. Anak anaknya mendengar kabarnya
dan menyesal telah berlaku kasar kepada kedua orang tuanya. Mereka kemudian
mengahadiri acara bedah buku Ayahanya. Saat bedah buku, moderator meminta
anaknya untuk berbicara tentang ayah mereka. Ternyata yang dia sebut adalah
Alook. Makin bersalahlah anak anaknya. Setelah mengucapkan tentang kebaikan ayahnya
dalam hidupnya akhirnya sang Ayah pun bebicara.
Dia mengaku bukan seorang penulis
handal. Dia hanya menulis kisah hidupnya dalam catatannya. Dia mengatakan bahwa
ini adalah catatan perjalannan hidupnya dan merasa dia tidak bisa berhubungan
baik dengan generasi berikutnya. Anak anak ini di rawatnya sebagaimana dia
merawat pohon. Kelak ketika dia sudah rapuh, dia sangat ingin bersandar dan berlindug
di bawah pohon yang sudah besar dan kokoh itu. Dia secara halus mengatakan
kekecewaannya pada anaknnya. Dan juga mengucapkan terima kasih pada istrinya
atas kesetiaan dan cintanya. Baginya cukup istrinya saja yang menemaninya itu
sudah cukup.
Di
akhir acara, anak anaknya minta maaf. Tapi sang Ayah berlalu, dia hanya
memperhatikan kedua cucunya yang memang sangat baik. Anak anakanya lalu minta
maaf pada ibunya. Mereka yakin, tidak ada ibu yang tidak mau memaafkan anaknnya. Dengan bijak sang ibu
berkata “sebagai ibu, aku memaafkan kalian, tetapi sebagai istri, aku tidak
mungkin mengingkarinnya. Dia suamiku, dan sudah melewati suka duka bersamaku.”
Begitulah, Ayah ini menghabisi
masa tuanya dengan istri, anak angkatnya beserta istrinya dan teman temannya
yang sangat setia.
Film ini mengajarkan banyak hal.
Tentang kesetiaan sepasang manusia yang tetap bersama dan kuat cintanya hingga usia
senja. Tentang kasih sayang orang tua pada anaknnya. Tentang bahwa membangun
hubungan antargenerasi itu tidak mudah. Tentang wanita yang setia pada suaminya
dan juga pada anak anaknnya.
Lihatlah wanita ini. Dia mampu bersikap adil
antara suami dan anaknya. Memaafkan anak yang sudah kasar padanya di hari
tuanya, dan tidak meninggalkan suaminya yang kecewa pada anak anaknya.
Great
mother! Sungguh film yang sangat bagus!.
Happy
mother’s day!
Mks, 22 Desember 2013
Rahma Afnan
0 komentar:
Posting Komentar
tinggalkan jejak ya... :)