Budaya Tahun Baru, Bolehkah???

Selasa, 23 April 2013

Hai akhwati semua...kaifa hal??sebentar lagi kita tahun 2011 akan sgera berakhir , it means tahun 2012 sudah di depan mata. Nah apa dan  gimana persiapan kita menyambutnya?? Dan apa saja persiapan kita menyongsong tahun baru??Apakah kita  harus taqlid dengan kebudayaan barat yang merayakan kedatangan tahun baru.
Nah ikhwah sekalian, budaya menyambut sehun baru dikalangan masyarakat  Indonesia yang mayoritasnya muslim adalah dengan mengikuti  budaya kaum nashran. Seperti  meniup trompet pas pukul 00.00. Atau makan makan dengan komunitas yang dibuatnya sendiri, atau pesta kembang api yang biasanya berkakibat  dengan kecelakaan.
Hmm mari kita flash back sejenak. Sebenarnya dari mana sejarah perayaan tahun baru itu. Apakah Rasulullah SAW pernah merayakannya???
Sebenarnya yang pertama kali membuat kelender masehi itu adalah kaisar romawi yang terkenal bernama Juliaus .... nama masehi ada kaitanya dengan keyakinana agama nashrani. lho..??  Ia Al masih kan.  Yang kemudian penemuan kelender ini di teruskan oleh seorang pendeta nashrani dengan patokan kelahiran yesus kritus. Itulah sebabnya pengucapan semat tahun baru selalu sepaket dengan ucapat selamt natal. githu lho.... dan kemudian kelender masehi ini di publikasikan oleh Paus Goergia 3 di seluruh dataran Eropa yang kemudian menjadi global dan di pake dimana mana bahkan dikalangan ummat muslim.

Nah gimana hukum merayakan tahun baru menurut syariat Islam? Jawabanx jelas. SSTBAH.Sangat  sangat tidak Boleh alias Haram. Titik.
Lho sadis banget sich..?? Ikhwah sekalian dalam syariat Islam ada kaidah ushul fikh yang berbunyi: al ashlu fil amru lil wujub. Asal dari semua  perintah itu wajib. Dan asal dari semua larangan itu haram. Jadi ketika kita melihat suatu yag di larang, dilihat dari hukum asalnya ia adalah sesuatu yang haram.
Benar kah kita harus ikut dalam mearyakan tahun baru? Apakah itu bagian dari kebudayaan Islam? Yang di wariskan oleh Rasulullah saw dan para sahabat yang mulia..?
Nah akwati yang saya cintai: berikut ada sabda Baginda Nabi saw tentang  hukum mengikuti kebiasaan suatu kaum:
“man tasyabbaha bi kaumin fa huwa minhum”
Yang artinya:” barang siapa mengikuti suatu kaum, maka ia termasuk darinya”
Hmm menyimak bunyi hadist di atas, penjelasan nya adalah, hukum atau budaya ataukah kebiasaan yang kita lakukan mengiktui  gaya orang kafir berarti kita ikut kafir, bukan kah begitu?
Karena sesungguhnya orang  nasharani dan yahudi  tidak akan puas hingga kita mengikuti agama mereka.
Nah kita liat, bagaimna mereka merayakan tahun baru?? Diantaranya mungkin juga kita sering lakukan. Seperti makan makan, begadang, tiup trompet, sampai acara pesta kembang api. Kethuilah bahwa semua ritual itu bukan budaya ummat Islam. Tidak ada unsur kebaikan di dalamnya. Karena rasulullah dan para sahabat tidak pernah meryakannya. Seandainya ada kebaikan dalam menjalankanya, tentulahmereka adalah orng pertama yang melkukannya. Sekalilagi itu bukan budaya muslim.

Lantas apa yang sebaiknya kita lakukan pada malam tahun baru..?? Jawabannya malam tahun baru bukanlah sesuatu yang istimewa sehingga tidak perlu mengistimewakannya. Seandainya kita tersadar bahwa itu adlah pergantian tahun, alangkah baiknya jika kitajadikan moment itu untuk bermuhasabah diri. Walaupun sebenarnya anjuran bermuhasabah diri itu sebaiknya dilakukan kapan saja. Tidak mesti atau tidak hanya tunggu tahun baru untuk melakukannya. Dengan bermuhasabah kita bisa melihat, apa saja yang sudah kita raih di tahun sebelumnya dan apa yang belum teraih. Apa kekurangan diri di masa lalu dan hendaknya diperbaiki di masa yang akan datang. Seberapa banyak kita berkorban untuk orang tua, sanak saudara, teman, bangsa dan yang utama berapa banyak yang telah kita berikan untuk agama ini. Saudaraku..bukankah pergantian tahun juga harusnya kita teringat akan umur kita yang semakin mendekati kematian. Bukannya denagn berhura hura sampai lupa diri. Seberapa sisa umur dan seberapa amal yang sudah di perbuat.  Bagaimana persiapan menuju kematian dan kehidupan setelahnya. Sudah cukupkah bekal kita??
Allah berfirman: wal ashr..
Demi waktu. Sesungguhnya manusia beraada dalam kerugian.

Cukuplah peringatan Allah akan kerugian manusia karena sebab waktu yang telah di berikan selama masa hidup sebagi peringatan bagi kita, untuk terusmengingat jatah hidup kita di dunia.

sekali lagi, budaya merayakan tahun baru bukan dari bagian dari ajaran dan budaya islam.
So, say NO WAY untuk perayaan tahun baru.


-RHS-

0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak ya... :)