Hai akhwati semua...kaifa hal??sebentar lagi
kita tahun 2011 akan sgera berakhir , it means tahun 2012 sudah di depan mata.
Nah apa dan gimana persiapan kita
menyambutnya?? Dan apa saja persiapan kita menyongsong tahun baru??Apakah
kita harus taqlid dengan kebudayaan
barat yang merayakan kedatangan tahun baru.
Nah ikhwah sekalian, budaya menyambut sehun
baru dikalangan masyarakat Indonesia
yang mayoritasnya muslim adalah dengan mengikuti budaya kaum nashran. Seperti meniup trompet pas pukul 00.00. Atau makan
makan dengan komunitas yang dibuatnya sendiri, atau pesta kembang api yang
biasanya berkakibat dengan kecelakaan.
Hmm mari kita flash back sejenak. Sebenarnya
dari mana sejarah perayaan tahun baru itu. Apakah Rasulullah SAW pernah merayakannya???
Sebenarnya yang pertama kali membuat kelender
masehi itu adalah kaisar romawi yang terkenal bernama Juliaus .... nama masehi
ada kaitanya dengan keyakinana agama nashrani. lho..?? Ia Al masih kan. Yang kemudian penemuan kelender ini di
teruskan oleh seorang pendeta nashrani dengan patokan kelahiran yesus kritus.
Itulah sebabnya pengucapan semat tahun baru selalu sepaket dengan ucapat selamt
natal. githu lho.... dan kemudian kelender masehi ini di publikasikan oleh Paus
Goergia 3 di seluruh dataran Eropa yang kemudian menjadi global dan di pake
dimana mana bahkan dikalangan ummat muslim.
Nah gimana hukum merayakan tahun baru menurut
syariat Islam? Jawabanx jelas. SSTBAH.Sangat
sangat tidak Boleh alias Haram. Titik.
Lho sadis banget sich..?? Ikhwah sekalian
dalam syariat Islam ada kaidah ushul fikh yang berbunyi: al ashlu fil amru lil
wujub. Asal dari semua perintah itu
wajib. Dan asal dari semua larangan itu haram. Jadi ketika kita melihat suatu
yag di larang, dilihat dari hukum asalnya ia adalah sesuatu yang haram.
Benar kah kita harus ikut dalam mearyakan
tahun baru? Apakah itu bagian dari kebudayaan Islam? Yang di wariskan oleh
Rasulullah saw dan para sahabat yang mulia..?
Nah akwati yang saya cintai: berikut ada sabda
Baginda Nabi saw tentang hukum mengikuti
kebiasaan suatu kaum:
“man tasyabbaha bi kaumin fa huwa minhum”
Yang artinya:” barang siapa mengikuti suatu
kaum, maka ia termasuk darinya”
Hmm menyimak bunyi hadist di atas, penjelasan
nya adalah, hukum atau budaya ataukah kebiasaan yang kita lakukan
mengiktui gaya orang kafir berarti kita
ikut kafir, bukan kah begitu?
Karena sesungguhnya orang nasharani dan
yahudi tidak akan puas hingga kita
mengikuti agama mereka.
Nah kita liat, bagaimna mereka merayakan tahun
baru?? Diantaranya mungkin juga kita sering lakukan. Seperti makan makan,
begadang, tiup trompet, sampai acara pesta kembang api. Kethuilah bahwa semua
ritual itu bukan budaya ummat Islam. Tidak ada unsur kebaikan di dalamnya.
Karena rasulullah dan para sahabat tidak pernah meryakannya. Seandainya ada
kebaikan dalam menjalankanya, tentulahmereka adalah orng pertama yang
melkukannya. Sekalilagi itu bukan budaya muslim.
Lantas apa yang sebaiknya kita lakukan pada
malam tahun baru..?? Jawabannya malam tahun baru bukanlah sesuatu yang istimewa
sehingga tidak perlu mengistimewakannya. Seandainya kita tersadar bahwa itu
adlah pergantian tahun, alangkah baiknya jika kitajadikan moment itu untuk
bermuhasabah diri. Walaupun sebenarnya anjuran bermuhasabah diri itu sebaiknya
dilakukan kapan saja. Tidak mesti atau tidak hanya tunggu tahun baru untuk
melakukannya. Dengan bermuhasabah kita bisa melihat, apa saja yang sudah kita
raih di tahun sebelumnya dan apa yang belum teraih. Apa kekurangan diri di masa
lalu dan hendaknya diperbaiki di masa yang akan datang. Seberapa banyak kita
berkorban untuk orang tua, sanak saudara, teman, bangsa dan yang utama berapa
banyak yang telah kita berikan untuk agama ini. Saudaraku..bukankah pergantian
tahun juga harusnya kita teringat akan umur kita yang semakin mendekati
kematian. Bukannya denagn berhura hura sampai lupa diri. Seberapa sisa umur dan
seberapa amal yang sudah di perbuat.
Bagaimana persiapan menuju kematian dan kehidupan setelahnya. Sudah
cukupkah bekal kita??
Allah berfirman: wal ashr..
Demi waktu. Sesungguhnya manusia beraada dalam kerugian.
Cukuplah peringatan Allah akan kerugian
manusia karena sebab waktu yang telah di berikan selama masa hidup sebagi
peringatan bagi kita, untuk terusmengingat jatah hidup kita di dunia.
sekali lagi, budaya merayakan tahun baru bukan dari bagian dari ajaran dan
budaya islam.
So, say NO WAY untuk perayaan tahun baru.
-RHS-