Ketika akhirnya Ra,
gagal menemukan cintanya pada Dewa, maka cinta Xong when lah yang datang
menghampirinya. 'Bagiku, kau adalah Ashima.'
Akhirnya, setelah berusaha mencari kesempatan buat nonton film ini, kesampaian juga. Berdua bareng teman magang (Isti) kabur ke MP sepulang kantor. Refresh sedikit sebelum cemplung ke kerja proposal.
Assalamualaykum
Beijing, film ini diangkat dari novel dengan judul yang sama tulisan Asma
Nadia. Berlatar tempat Beijing, Cina dan Indonesia. Sebelumnya saya sudah membaca novelnya. Sebagian
besar filmnya benar benar sesuai novel. Walau ku akui tidak benar benar 100
persen. Yah ada yang bilang, film yang diambil dari novel itu selalu
mengecewakan. Tentu saja, karena pembuatan film melibatkan banyak hal dan
materi dari pada menulis novel. Maksud saya, menulis novel juga butuh materi
seperti ketika melakukan riset dan sebagainya. Tapi karena pembuatan film outputnya
adalah audio visual, jadi tentu lebih ribet, I guess.
Setidaknya kecendrungan mendekatinya, sutradara benar benar mengusahakannya.
Saya
suka dengan filmnnya. Disamping setelah membaca surat terbuka Asma Nadia untuk
menonton filmnya dan meminta dukungan agar kedepannya film serupa tetap bisa di
produksi, saya sangat suka dengan acting pemainnya. Revalina S. Temat, dan Laudya
Sinthya Bela benar benar aktris senior yang hebat. Akting keduanya tak di ragukan
lagi. Dan yang paling memukau adalah acting Morgan. Benar benar cool. Menonton aktingnya
yang woow, saya bahkan hampir tidak percaya pada kenyataan bahwa Morgan adalah
mantan anggota boyband, Sudah seperti
Reza Rahardian saja. Bahkan dengan actor actor Korea. Keren banget deeh. Jauh sangat
dengan imejnya sebagai mantan anggota
boyband. Keputusannya keluar dari boyband dan menjadi actor benar benar
keputusan yang keren. Hahaha. Saya benar
benar meleleh.
Yang
menuruku kurang tepat adalah acting Desta. Di novelnya dia digambarkan sebagai
seorang yang pendiam dan kaku. Tapi difilmnya tidak benr benar begitu. Yaa walaupun
tentu saja, tidak semua penokohan dinovel mampu di perankan.
Film
ini tidak hanya memperlihatkan tentang Beijing, tapi juga tentang keteguhan,
ikhlas melepaskan, kesabaran, juga pengetahuan tentang sindrom baru itu. Walaupun
point tentang ‘ikhlas melepaskan’ tidak kudapat sepenuhnya dari film. Kamu harus
tetap membaca novelnya agar tahu bahwa, Dewa teramat sangat mencintai Ra. Di film,
ia hanya seperti digambarkan tentang kegoisan saja. Egois untuk memiliki.
Dan
juga tentang cinta Xong Wen kepada
Asma,- Ashimanya, adalah penerimaan yang luar biasa. Mengetahui sindrom
aneh mengejutkan yang diderita Asma. Menikah, melalui hari dan bersyukur untuk
satu hari lagi yang diberikan. Hal yang kadang di lalaikan oleh orang sehat. Padahal,
tentu saja ‘tidak ada jaminan bagi orang sehat untuk hidup lebih lama.’
Tentang
kerinduan Xong Wen kepada Ashimanya,. Menunggu
balasan email yang tak kunjung datang. Usaha Asma menahan diri untuk tidak memberi
tahu Chung chung tentang sakit yang dideritanya. Dan hanya membaca email
emailnya.
‘ Ashima, semoga urusan
keluargamu lancar’
‘ Ashima apa kabarmu?”
“ Lets slowly grow old
together. Wo xiang Ni. Wo han Xiang Ni.”
Makassar,
Lt. 3 Pengadilan Tinggi
Makassar
Menatap hujan yang tak kunjung reda…
Menyuburkan rindu yang tumbuh
di hatiku..
Wo xian Ni
Aku Merindukanmu.
16 Januari 2015
4 komentar:
good...........
Karakter Dewa jauh beda dari novelnya. But overall good. saya suka, saya suka..
good (y)
Posting Komentar
tinggalkan jejak ya... :)