Karena Memaafkan itu Lebih Mulia dan Bahagia itu Pilihan

Rabu, 30 Oktober 2013

Manusia, hidup berdampingan dengan manusia lainya. Dalam kehiduan sosial, dalam hariannya. Dan juga sudah menjadi ketetapanNya, bahwa manusia bertempat pada salah dan lupa. Kepada Tuhannya saja dia sering bersalah, apalagi pada sesamanya. Pada aturan Tuhanya pun di suka lupa, apalagi pada aturan aturan atau apalah namanya yang bersumber dari manusia.
Nah, teman teman, pernah nda merasa, seseorang bersalah kepada kita dan dia seharusnya minta maaf.? Tentu saja pernah ya.. hehhe. Dan itu tentu saja bikin dongkol bukan? Rasanya greget minta ampun, dan tentu saja berbagai hujatan dan mungkin sumpah serapah akan terbit di hati dan masih bagus kalau nda keluar di mulut, heheh. Si dia egois laah,nda peka, mati rasa mungkin de el el.
Teman teman, rasa seperti itu tentu saja hal yang biasa dalam keseharian kita. Kita berinteraksi dengan banyak orang tiap harinya. Keluarga, teman teman, lingkungan sekitar hingga orang orang yang kita tidak kenal pun, kita berinterkasi dengan meraka. Bukan hanya di dunia nyata, dunia maya pun sebenarnya kita lebih sering berhadapan dengan orang orang yang bahkan kita tidak pernah saling sapa di dunia nyata. Apalagi sekarang perkembangan dunia teknology di banjiri dengan aplikasi aplikasi yang memudahkan untuk berkomunikasi. Maka tentu saja hal yang membuat kesal dan timbul kesalah pahaman adalah hal biasa dan sesuatau yang bisa terjadi kapan saja.
Nah, saya ingin bahas dua hal yang berkaitan dengan ini.
  1. Menjaga diri darinya. Bagamanapun kita harus menjaga jaga dan mengawasi diri sendiri jangan sampai menjadi penyebab kesalahan atau meminimaliskan kesalahan yang kita lalukakan. Walaupun tentu saja tidak serta merta kita akan luput dari kesalahan dan bersinggungan perasaan dengan sesama. Sudah menjadi ketetapan,kita tetap akan pernah berbuat salah, yang di perlukan hanyalah meminimalisnya dan selalu mengawasi diri.
  2. Memaafkan. Adakalanya kita merasa berada di pihak yang dirugikan dari sebuah insiden kesalahpahaman. Lalu kita perpikir seseorang yang memicu hal tersebut harusnya meminta maaf. Tapi dia acuh tak acuh saja. Jika saja kita masih mengharapkan minta maafnya, tentu akan terasa angat menyakitkan bukan. Nah,ini dia kuncinya, MEMAAFKAN.! Berat?? Tentu saja! Siapa bilang memaafkan mudah? Itulah sebabnya kenapa kedudukan orang yang memaafkan itu mulia. Bahkan katanya, ada yang masuk surga karena memaafkan orang yang bersalah padanya setiap akan tidur dimalam harinya. (allahu a’lam shahih ato tidak).

Tapi, jadilah pengatur untuk diri kita sediri. Kitalah yang menentukan kita mau bahagia atau tidak. Memilih memaafkan atau mendendam.  Mengharapkan seseorang melakukan sesuatu adalah menginginkan hal yang bukan berada di bawah kendali kita. Kita hanya perlu melakukan apa apa yang bisa kita kendalikan. Memaaafka adalah seseuatu yang bisa kita lakukan dan kita bisa bahagia karenanya,mengharapkan orang minta maaf adalah seseuatu yang tidak bisa kita paksa dan bila di biarkan membawa penderitaan hati.

Kita menjadi penentu pada apa yang kita rasakan. Begitu juga halnya ketika kita mengharapkan seseorang memberikan seseuatu pada kita. Hal itu menandakan kita menggantungkan kebahagiaan kita pada orang lain. Akan terus jengkel sampai orang itu minta maaf. Merasa di abaikan ketika orang lain tidak memberi hadiah pada event istimewa de el el. Marah dan dendam itu banyak akibat negatifnya lhoo, kurus, muka tua,.hhahha, sistem imun turun, dan cape. Padahal kalo kita memaafkan, masalah selesai. Urusan dia, mau merasa atau tidak. Doakan saja semoga segera kembali ke jalan yang benar. Hehhe. Toh, mungkin lain hal kitalah yang membuat kesalahn dan tidak merasa bersalah (na’dzubillah). Ada satu kutipan dari film yang pernah saya nonton (lupa judulnya.. hehhe) “Memaafkan adalah memberikan sedikit ruang pada rasa benci.”

Mari memulainya dari diri sendiri. Jadilah sahabat yang memberi bukan mengharapkan pemberian.  Memaafkan duluan sebelum orang lain minta maaf. Karena Memaafkan lebih mulia  ^_^. Life is a matter of choice. Kitalah yang menentukan pilihan. Memilih memberi atau mengharap pemberian. Memilih memaafkan atau mendendam. Memilih mencintai atau membenci. Memilih bahagia atau derita. ^_^

Makassar, 28 Oktober 2013

0 komentar:

Posting Komentar

tinggalkan jejak ya... :)